PemesananDVD Khotbah dapat dilakukan via telp di 021 2605 1888 / 021 2937 1333 atau melalui counter sekretariat pada saat Ibadah Raya Hari Minggu. Download Materi Khotbah Jadilah bijak serta setia seperti lima gadis yang bijaksana (Matius 25 : 1 - 13) sampai kita bersama-sama mengalami dan menikmati kemuliaan Tuhan di rumah Bapa di surga. BahasanHadhrat Khalid bin Walid (ra) berangkat ke Yamamah untuk menghadapi Musailamah al-Kadzdzab seorang Nabi palsu akan dilanjutkan di khotbah mendatang. Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 13 Mei 2022 (Hijrah 1401 Hijriyah DidikanSeorang Ayah. oleh: Pdt. Nathanael Channing. Kita pasti menganggap bahwa pendidikan sangat penting. Negara maju pasti mempunyai proses pendidikan yang baik, mulai dari play group, taman kanak-kanak, sampai perguruan tinggi bahkan pascasarjana. Bukan hanya ada tempat pendidikannya, melainkan juga proses belajar mengajar dengan kualitas Bilangan27:3. TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Ditinggalkan orang tua karena kematian menimbulkan duka yang dalam. Di samping itu kehidupan masa lalu orang tua yang sulit dilupakan menjadi pergumulan tersendiri. Sebagai anak apapun kelebihan atau keburukan orang tua, anak tetaplah anak, ia tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya. Itusebabnya Kristus datang ke dalam dunia supaya relasi menjadi pulih, supaya kita tidak perlu melihat kematian sebagai pemisah final antara aku dan sesamaku dan antara aku dengan Tuhanku. Jangan pikir kalau di neraka ada relasi, relasi itu hak istimewa sorga. Sorga, relasi, kasih, Allah, kekudusan dan cinta semua bergabung dalam satu sisi. Kematianmengakhiri hidup, bukan hubungan. Robert Benchley. Meskipun sudah dipisahkan oleh kematian, hubungan ayah dan anak yang kamu miliki dengan papamu tidak akan pernah putus. Caption singkat berisikan pesan bijak dari Robert Benchley di atas bisa kamu bagikan sebagai status inspiratif di media sosial.. 4. Lebih Harum. Setiap kali aku menaruh bunga di atas . Bunga Edelweis memang tidak seindah anggrek, Edelweis tidak seanggun mawar dan tidak seharum Melati. Tapi edelweiss memiliki keunikan tersendiri. Edelweis bukan bunga yang gampang dijumpai dan dipetik begitu saja karena Edelweis tumbuh di daerah pengunungan yang dingin, tebing yang curam atau bebatuan karang yang sulit dijangkau. Tapi walaupun hidup di tempat yang sulit, Edelweis mampu bertahan dan tumbuh dengan subur. Kelopak edelweiss bahkan mampu mekar hingga sepuluh tahun. Edelweis tidak mudah layu walaupun habitatnya adalah tempat yang sulit. Karena itulah Edelweis menjadi simbol bagi harapan, ketulusan dan keabadian cinta. Kita semua kehilangan, kita semua berduka dan bersedih. Di tengah – tengah dukacita dan kesedihan kita hanya Tuhanlah yang menjadi penolong dan penghibur yang sejati. Bersama Tuhan, maka Keluarga yang berduka dan kita semua beroleh kekuatan untuk melewati saat-saat sulit dan berat. Firman Tuhan saat ini memberi penghiburan bagi kita bahwa ketekunan untuk menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus membuat orang –orang yang mati dalam Tuhan “berbahagia”. Mereka dapat beristirahat dari jerih lelah mereka karena segala perbuatan mereka menyertai mereka. Orang yang mati dalam iman kepada Kristus beroleh berkat kebahagiaan. Ayat-ayat bacaan kita ini adalah bagian dari Wahyu Tuhan kepada Yohanes di pulau Patmos. Yohanes menerima wahyu dari Tuhan untuk dituliskan kepada orang – orang percaya terutama ke tujuh jemaat di Asia Kecil. Ayat-ayat ini dimaksudkan sebagai kata-kata hiburan untuk menguatkan hati orang-orang Kristen pada masa Wahyu Yohanes itu. Orang – orang Kristen pada masa itu sedang mengalami penganiayaan dan banyak kesusahan karena kesetiaan Iman kepada Yesus. Tetapi mereka dinasihati supaya mereka tetap bertekun. Orang-orang kudus harus terus-menerus "menaati perintah-perintah Allah dan tinggal setia kepada Yesus." Orang yang setia dalam iman akan beroleh mahkota kehidupan yg disediakan oleh Anak Domba Allah. Ini bukan janji-janji yang omong kosong. Mengenai orang-orang yang mati dalam Tuhan, Firman Tuhan katakan bahwa perbuatan mereka menyertai mereka. Artinya Hidup orang percaya yang diisi dengan iman dan kesetiaan kepada Tuhan akan bernilai kekal. Kalau iman terwujud dalam perbuatan, kita bisa meyakini bahwa apa yang kita kerjakan di dunia tidak sia-sia sebab kita akan memasuki tempat perhentian yang kekal. Hari ini dunia pendidikan dan kita semua kehilangan seorang guru yang setia mengabdi. Seperti Edelweis, kehidupan kekasih kita yang meninggal ini telah memberi arti bagi perjuangan, ketekunan, ketulusan dan kesetiaan mengabdi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Memang perjuangan hidup dan keindahan hidup tak ada yang abadi. Edelweispun akan mati. Edelweis hanyalah sebuah simbol karena hanya Tuhan yang abadi. Ibarat Edelweis, ia telah menemukan keabadiannya bersama Tuhan. Namun bagi kita yang masih melanjutkan kehidupan, kita dinasihati agar memiliki kehidupan yang kuat meski dalam situasi yang sulit, setia mengabdi meski di tempat yang sukar, memberi teladan dan selalu menginspirasi banyak orang. Setiap perbuatan yang kita lakukan kelak menyertai kita sampai pada kematian. Kekasih kita ini telah pergi untuk selamanya. Ia telah menuntaskan tanggung jawabnya sebagai ayah dan guru. Namanya akan selalu hidup dalam sanubari. Baktinya akan terukir dihati. Ia yang telah menjadi pelita dalam kegelapan pendidikan. Embun penyejuk di hati setiap anak didik yang selalu haus benih ilmu dan iman. Ia bukan saja suami, ayah bagi anak-anak, guru bagi anak didik, tapi juga orang tua dalam pelayanan. Ia Edelweis yang indah yang pernah Tuhan tempatkan di tengah-tengah kita untuk memberi pelajaran dan teladan tentang kesetiaan melayani, ketulusan mengabdi, kesungguhan bekerja keras. Seperti edelweiss yang memiliki cinta abadi sang pencipta maka demikianpun kita yang ditinggalkan hendaknya memiliki pengharapan dan iman di dalam Tuhan. Tuhan memelihara, menghibur dan menguatkan keluarga yang berduka. Tetaplah berharap pada Tuhan. Ingatlah janji Tuhan “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan”. Tuhan memberkati. 95% found this document useful 22 votes7K views79 pagesDescriptionbahan khotbahOriginal Title207958547 29 Bahan Khotbah Ibadah Kematian Dan PenghiburanCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?95% found this document useful 22 votes7K views79 pages29 Bahan Khotbah Ibadah Kematian Dan PenghiburanOriginal Title207958547 29 Bahan Khotbah Ibadah Kematian Dan PenghiburanJump to Page You are on page 1of 79 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 21 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 28 is not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 33 to 59 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 64 to 65 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 73 to 78 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Bilangan 273 TOMOHON - Ditinggalkan orang tua karena kematian menimbulkan duka yang dalam. Di samping itu kehidupan masa lalu orang tua yang sulit dilupakan menjadi pergumulan tersendiri. Sebagai anak apapun kelebihan atau keburukan orang tua, anak tetaplah anak, ia tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya. Alkitab Ada pepatah mengatakan gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Anak-anak Zelafehad yang semuanya adalah perempuan mengakui tentang keberadaan ayah mereka pada waktu ia hidup dan bagaimana ia mati. Ketika berada di padang gurun, bangsa Israel mengalami berbagai kesengsaraan. Hal ini membuat mereka bersungut-sungut dan bertindak melawan Allah. Kesepakatan kumpulan Korah melawan Allah ini mengakibatkan mereka semua mati di padang gurun. Kesan ini sangat memengaruhi mereka yang masih hidup. Anak-anak Zelafehad mengakui dosa ayah mereka, tetapi ayah mereka tidak terlibat dalam kesepakatan melawan Allah. Dosanya adalah dosa pribadi, bukan dosa komunitas. Baca RENUNGAN MINGGU - Menyelesaikan Persoalan dengan Prosedur yang Tepat Baca Renungan Persepsi tentang Paulus Baca Renungan Pdt Nico Gara Begitulah Kita Jadinya Pernyataan anak-anak Zelafehad ini mengingatkan kita tentang adanya dosa terencana dan dosa yang mengajak orang lain untuk ikut terlibat di dalamnya. Sikap dan perilaku demikian, sungguh sangat tidak pantas dilakukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Keluarga yang diberkati Tuhan, kendati demikian sikap yang patut dicontohi dari anak-anak Zelafehad ini adalah kejujuran dan pembelaan secara proporsional terhadap orang tua mereka. Sikap ini menggambarkan kelapangan hati atau jiwa besar anak-anak ini menyikapi keberadaan orang tua atau orang yang dikasihi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Orang tua kita bukanlah manusia yang sempurna seharusnya kitapun belajar menghargai dan menghormati mereka yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Amin. Doa Tuhan Yesus tolonglah kami menjadi anak-anak yang mengasihi dan menghormati orang tua kami. Berikanlah kami kemampuan berjiwa besar menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan orang tua kami. Amin. Renungan Penghiburan DukacitaSyalom saudaraku yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat datang di blog pribadi saya yaitu " Kali ini saya membahas sebuah Renungan Penghiburan Dukacita. Tujuan saya berbagi berkat firman Allah ini agar sobatku yang sedang mengalami dukacita karena hilangnya orang dikasihi bisa dihibur kembali melalui renungan setiap kita tidak menginginkan ada kematian sebab kematian adalah peristiwa yang menyedihkan. Dimana kematian adalah suatu peristiwa yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia, sebab manusia tidak ada yang kekal dan tidak ada yang abadi. Kematian adalah suatu pengalaman yang sulit diatasi setiap manusia karena kematian itu tidak menentukan usia seseorang. Karena kematian merupakan suatu peristiwa yang fakta yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Dan kematian selalu ada kaitannya dengan perpisahan dengan keluarga, teman, sahabat atau orang yang dicintai. Perpisahan itu menyakitkan dan sulit untuk diterima oleh setiap atau tidak sadar, kematian itu adalah sesuatu keharusan yang akan dialami setiap manusia. Kematian datang sendiri tanpa harus diundang. Sebab kematian tidak mengenal status seorang, misalkan ia adalah orang kaya, miskin, orang suci atau orang kudus. Bahkan orang paling kuatpun di dunia ini, ia tidak bisa menghindar dari kematian. Dan kematian adalah suatu perpindahan roh dari tubuh ke alam roh yang tidak kelihatan. Bila dilihat dalam Alkitab dimulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru tidak ada manusia yang abadi. Setiap manusia pasti mengalami kematian yang tidak bisa dihindari, kecuali Henokh dan Elia. Sebab semakin berlanjutnya usia manusia dan telah menuju usia dewasa, maka tubuh itu bukan semakin kuat melainkan semakin lemah dan tidak berfungsi lagi. Sehingga mengakibatkan perpisahan tubuh dan jiwa, tubuh itu kembali ke tanah dan roh kembali kepada Allah. Hal ini dapat dilihat dalam Alkitab mengenai kisah Daud ketika ia telah tua dan lanjut umurnya. Daud bukan makin kuat melainkan tubuhnya semakin lemah. Alkitab mencatat bahwa Daud selalu diselimuti namun badannya tetap dingin 1 Melalui Renungan Penghiburan Dukacita Kristen ini saya menyampaikan beberapa hal yaitu sebagai berikut iniPertama, Kematian bukan akhir dari segalanya. Ketikan seseorang itu meninggal dunia merupakan tahap awal menuju kehidupan yang baru yang berbeda dari sebelumnya. Dari dunia nyata atau fisik berpindah ke dunia Orang yang meninggal di dalam Kristus adalah ada sukacita yang luar biasa karena Firman Tuhan berkata dalam 1 Tesalonika 414 "Karena jikau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus Kristus akan di kumpulkan bersama-sama dengan Dia".Ketiga, Tempat orang-orang percaya kepada Kristus saat ini yaitu di Firdaus. Pengertian dari kata Firdaus adalah taman surga, sebab kata Firdaus berasal dari kata Persial yang diartikan sebagai taman kerajaan. Ayat Firman Tuhan yang mengatakan orang Kristen yang meninggal berada di Firdaus yaitu Lukas 2343 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus". Artinya ketika seseorang itu meninggal dunia seketika itu juga ia berada di Firdaus bersama-sama dengan Kristus. Keempat, Setelah masa Perhentian tempat perhentian ada kebangkitan orang-orang percaya. Sebagaimana yang di sampaikan Paulus dari 1 Korintus 15 yaitu orang-orang yang mati di dalam Kristus akan dibangkitkan kembali untuk menggunakan tubuh yang mulia sama seperti tubuh Kristus yang mulia yaitu kekal dan tidak berbuat dosa melalui Renungan Penghiburan Dukacita ini saya sampaikan kepada anda, BERSUKACITALAH sebab kematian bukan akhir kehidupan melainkan awal menuju kehidupan yang baru. TYM..Baca Selanjutnya.. Berapa tahun lalu, sementara menghadiri pertemuan di Salt Lake City, saya disambut oleh nabi terkasih kita, Russell M. Nelson. Dengan cara khasnya yang hangat dan bersifat pribadi, dia bertanya, “Mark, bagaimana kabar ibu Anda?” Saya memberi tahu dia bahwa saya telah berada bersamanya awal minggu itu di rumahnya di Selandia Baru dan bahwa dia mulai uzur tetapi penuh iman dan menjadi inspirasi bagi semua yang mengenalnya. Dia kemudian berkata, “Mohon sampaikan kasih saya baginya … dan beri tahu dia saya menantikan kesempatan bertemu dia lagi.” Saya agak terkejut dan bertanya, “Apakah Anda ada rencana perjalanan ke Selandia Baru dalam waktu dekat?” Dengan ketulusan yang dalam dia menjawab, “Oh bukan, saya akan menemuinya di kehidupan berikutnya.” Tidak ada yang sembrono dalam tanggapannya. Itu merupakan pernyataan fakta yang sangat alami. Di momen yang bersifat pribadi dan apa adanya itu, saya mendengar dan merasakan kesaksian murni dari seorang nabi yang hidup bahwa kehidupan berlanjut setelah kematian. Akhir pekan konferensi ini, Anda akan mendengar para rasul dan nabi yang hidup bersaksi tentang Kebangkitan Yesus Kristus. “Asas-asas dasar dari agama kita adalah kesaksian para Rasul dan Nabi, mengenai Yesus Kristus, bahwa Dia telah mati, dikuburkan, dan bangkit kembali pada hari ketiga, … semua hal lainnya yang berkaitan dengan agama kita hanyalah merupakan tambahan terhadap [kebenaran ini].”1 Saya berjanji bahwa sewaktu Anda mendengarkan dengan niat yang sungguh-sungguh, Roh akan menegaskan dalam benak Anda dan hati Anda kebenaran dari kesaksian-kesaksian Para Rasul Yesus zaman dahulu selamanya diubah setelah Dia menampakkan diri kepada mereka setelah kematian-Nya. Sepuluh di antara mereka melihat sendiri bahwa Dia telah dibangkitkan. Tomas, yang awalnya tidak hadir, menyatakan, “Sebelum aku melihat … aku tidak akan percaya.”3 Setelahnya Yesus menegur Tomas, “Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”4 Kemudian Tuhan mengajarkan peran vital dari iman “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”5 Tuhan yang dibangkitkan memberi para Rasul-Nya tugas tanggung jawab untuk bersaksi mengenai Dia. Seperti para Rasul kita yang hidup dewasa ini, mereka meninggalkan pekerjaan duniawi dan menghabiskan sisa hidup mereka dengan berani memaklumkan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus ini. Kesaksian kuat mereka menuntun kepada ribuan orang yang menerima undangan untuk Pesan agung dari pagi Paskah adalah sentral bagi seluruh ranah Kristiani. Yesus Kristus dibangkitkan dari antara yang mati, dan karena ini, kita pun akan hidup kembali setelah kita mati. Pengetahuan ini memberikan makna dan tujuan bagi kehidupan kita. Jika kita terus maju dalam iman, kita akan selamanya diubah, seperti adanya para Rasul zaman dahulu. Kita, seperti mereka, akan dapat menanggung kesukaran apa pun dengan iman kepada Yesus Kristus. Iman ini juga memberi kita pengharapan untuk suatu saat ketika “dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”7 Iman saya sendiri berawal setelah suatu masa duka. Ayah dan ibu saya adalah peternak domba di Selandia Mereka menikmati hidup mereka. Sebagai pasangan suami istri muda, mereka diberkati dengan tiga gadis kecil. Yang bungsu di antaranya bernama Ann. Pada suatu hari ketika mereka berlibur bersama dekat sebuah danau, Ann yang berusia 17 bulan berkeliaran bertatih-tatih. Setelah putus asa mencari selama beberapa menit, dia ditemukan sudah tak bernyawa dalam air. Mimpi buruk ini menyebabkan duka yang tidak terucapkan. Ayah menulis bertahun-tahun kemudian bahwa sejumlah gelak tawa lenyap dari kehidupan mereka selamanya. Itu juga menyebabkan suatu kerinduan akan jawaban terhadap pertanyaan kehidupan yang paling penting “Apa yang akan terjadi dengan Ann kami tercinta? Apakah kami akan pernah melihatnya lagi? Bagaimana keluarga kami akan dapat bahagia lagi?” Beberapa tahun setelah tragedi ini, dua misionaris muda dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir datang ke tanah pertanian kami. Mereka mulai mengajarkan kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam Kitab Mormon dan Alkitab. Kebenaran-kebenaran ini mencakup jaminan bahwa Ann sekarang hidup di dunia roh. Karena Kebangkitan Yesus Kristus, dia pun akan dibangkitkan. Mereka mengajarkan bahwa Gereja Yesus Kristus telah sekali lagi dipulihkan di atas bumi dengan seorang nabi yang hidup dan dua belas orang Rasul. Dan mereka mengajarkan doktrin yang unik dan luar biasa bahwa keluarga dapat diikat bersama selamanya melalui wewenang imamat yang sama yang Yesus Kristus berikan kepada kepala Rasul-Nya, Ibu serta-merta mengenali kebenaran dan menerima kesaksian dari Roh. Namun, ayah bergumul selama setahun berikutnya antara keraguan dan sentuhan-sentuhan rohani. Juga, dia enggan mengubah cara hidupnya. Suatu pagi setelah malam tanpa tidur, sementara berjalan mondar-mandir, dia menoleh kepada Ibu dan berkata, “Saya akan dibaptiskan hari ini atau selamanya tidak.” Ibu memberi tahu misionaris apa yang terjadi, dan mereka segera mengenali kerlipan iman dalam diri ayah saya yang saat itu akan apakah menyala atau padam. Pagi itu juga keluarga kami melakukan perjalanan ke pantai terdekat. Tidak sadar apa yang terjadi, kami anak-anak mengadakan piknik di bukit-bukit pasir sementara Elder Boyd Green dan Elder Gary Sheffield menuntun orangtua saya ke laut dan membaptiskan mereka. Dalam tindakan iman selanjutnya, Ayah secara pribadi berkomitmen kepada Tuhan bahwa apa pun yang terjadi, dia akan setia sepanjang hidupnya terhadap janji-janji yang sedang dibuatnya. Satu tahun kemudian bait suci didedikasikan di Hamilton, Selandia Baru. Tidak lama setelahnya keluarga kami, dengan seseorang mewakili Ann, berlutut di sekeliling altar di rumah Tuhan yang sakral itu. Di sana, dengan wewenang imamat, kami dipersatukan sebagai keluarga kekal dalam tata cara yang sederhana namun indah. Ini mendatangkan kedamaian dan sukacita besar. Bertahun-tahun kemudian, Ayah memberi tahu saya bahwa jika bukan karena kematian tragis Ann, dia tidak akan pernah cukup rendah hati untuk menerima Injil yang dipulihkan. Namun Roh Tuhan telah menanamkan pengharapan bahwa apa yang misionaris ajarkan adalah benar. Iman orangtua saya terus tumbuh sampai mereka masing-masing membara dengan api kesaksian yang dengan tenang dan rendah hati membimbing setiap keputusan mereka dalam hidup. Saya akan senantiasa bersyukur atas teladan orangtua saya bagi generasi-generasi mendatang. Tidaklah mungkin untuk mengukur jumlah kehidupan yang selamanya diubah karena tindakan iman mereka dalam tanggapan terhadap dukacita yang mendalam. Saya mengajak semua yang merasakan duka, semua yang bergumul dengan keraguan, semua yang bertanya-tanya apa yang terjadi setelah kita meninggal, untuk menempatkan iman Anda kepada Kristus. Saya berjanji bahwa jika Anda berhasrat untuk percaya, kemudian bertindak dalam iman dan mengikuti bisikan Roh, Anda akan menemukan sukacita di kehidupan ini dan di dunia yang akan datang. Betapa saya menanti-nantikan hari saya akan bertemu kakak saya, Ann. Saya menanti-nantikan reuni penuh sukacita dengan ayah saya, yang meninggal lebih dari 30 tahun lalu. Saya bersaksi akan sukacita yang ditemukan dalam hidup dengan iman, percaya tanpa melihat, tetapi mengetahui melalui kuasa Roh Kudus bahwa Yesus Kristus hidup. Dengan segenap hati dan jiwa saya, saya memilih untuk mengikuti Yesus Kristus dan Injil-Nya yang dipulihkan. Ini memberkati setiap aspek hidup saya. Saya tahu bahwa Yesus adalah Kristus, Putra Allah, Juruselamat dan Penebus kita. Dalam nama Yesus Kristus, amin. Oleh Agape Ndraha, staf Sekolah Athalia “Jangan sedih, dia sudah bahagia di surga…” adalah kalimat penghiburan yang sering terucap. Apakah orang percaya tidak seharusnya bersedih ketika menghadapi kematian orang yang dikasihi? Bagaimanakah seorang beriman seharusnya menghadapi dukacita? Sejak masa Perjanjian Lama sebenarnya sudah dikenal tradisi ratapan ketika seseorang meninggal. “Kemudian matilah Sara…lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya Kejadian 232. Penelitian empiris dalam dunia psikologi menemukan bahwa seorang yang mengalami kehilangan akan lebih mampu mengatasi dukacitanya bila kepedihan hati diberi ruang dan dibiarkan berproses baca artikel berjudul “Memahami Dukacita”. Kehilangan bukanlah peristiwa sehari-hari yang bisa dihadapi dengan hati ringan, karena hidup tidak lagi sama. Maka wajar bila kita berduka. Dalam Roma 1215, Rasul Paulus menulis, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” Paulus mengetahui bahwa dalam kondisi tertentu dukacita tidak bisa dihindari dan menangis adalah respons natural. Orang percaya diperbolehkan menangis. Orang percaya juga diminta untuk menopang mereka yang berduka, dengan cara menangis bersama mereka. Di sisi lain, Paulus mengingatkan bahwa dukacita orang beriman berbeda karena orang Kristen memiliki harapan. “Selanjutnya kami tidak mau saudara-saudara bahwa kamu tidak mengetahui mengenai mereka yang meninggal, supaya kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” 1 Tesalonika 413. Dalam teks asli Alkitab, Paulus menggunakan kata yang bermakna “tertidur” untuk menggambarkan seseorang yang telah meninggal. Paulus ingin menekankan bahwa orang percaya hidup dalam penantian akan kedatangan Yesus yang kedua kali. Mereka yang meninggal tidak hilang begitu saja, melainkan akan dibangkitkan kembali saat Yesus datang, bagai orang yang sedang tertidur kemudian akan bangun kembali. Bila saat itu tiba, kita akan bergabung bersama mereka dan tinggal selamanya bersama Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Paulus tidak mengabaikan atau menyangkal kebutuhan akan ruang untuk emosi negatif. Paulus menekankan bahwa kematian bagi orang Kristen bersifat sementara. Tak seharusnya orang Kristen berduka tanpa batas. Dukacita orang Kristen adalah duka yang diwarnai oleh harapan. Ketika orang Kristen memahami bahwa kematian orang percaya berarti dia pulang kepada Bapa, maka di tengah dukacita tetap terpancar harapan yang memberi penghiburan sejati. Yang sering kali menjadi persoalan adalah cara kita memandang kehidupan ini. Di manakah fokus kita? Bagi Paulus, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Namun, jika dia harus hidup di dunia ini, itu berarti bekerja memberi buah Filipi 121. Paulus menjalani hidupnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan harus diisi dengan bekerja bagi Kristus. Dia menyadari bahwa hidupnya bukanlah miliknya, melainkan milik Kristus. Oleh karena itu, pulang ke rumah Bapa dan berada bersama-sama Dia dalam kekekalan adalah hal yang dirindukannya. Dalam buku Grief Obeserved, Lewis melukiskan bahwa seseorang bisa dengan santai terlibat dalam permainan menyusun kartu bridge hingga setinggi mungkin… satu demi satu kartu disusun ke atas diselingi tawa dan canda di antara yang bermain bersama. Suasana akan berubah drastis ketika seseorang harus bermain dengan mempertaruhkan nyawanya atau nyawa orang yang dikasihinya. Setiap kesalahan kecil yang dibuat akan menyebabkan tumpukan kartu jatuh dan konsekuensi fatal terjadi. Demikian juga kita sering kali tidak sungguh-sungguh serius menghadapi hidup. Lewis menuliskan bahwa seseorang memang kadang harus mengalami kejatuhan fatal agar bisa menemukan akal sehatnya. Jadi, bila saat ini kita menghadapi dukacita atau bergumul bersama mereka yang sedang berduka, mungkin ini momen yang dianugerahkan bagi kita untuk berhenti sejenak dan merenung… “Apa sebenarnya hakekat hidup ini?” Dalam jurnal yang berjudul “Saint Paul’s Approach to Grief Clarifying the Ambiguity”, R. Scott Sullender, seorang psikolog, penulis buku, sekaligus profesor di sebuah seminari, menuliskan bahwa dalam konteks dukacita, tiap orang membutuhkan ruang untuk mengekspresikan emosinya. Namun, dalam proses itu kita membutuhkan struktur sehingga bisa mendapatkan jeda dan penghiburan yang kita butuhkan. Struktur itu bisa kita temukan misalnya dalam ritual ibadah dan pemahaman doktrin agama. Sebagai contoh, iman akan menimbulkan kebutuhan untuk berelasi dengan Tuhan walau mungkin hanya dengan berdiam diri dan menangis dalam doa. Pemahaman doktrinal akan membuat seseorang mulai mampu berdialog dengan diri sendiri atau mungkin mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan untuk mendapatkan peneguhan iman. Ritual ibadah juga akan memberi struktur yang serupa sehingga seseorang tertuntun dalam mengelola dukacitanya lihat five stages of grief dalam “Memahami Dukacita”. Kisah Ayub adalah contoh penggambaran keterpurukan seseorang akibat dukacita yang mendalam. Bahkan, Ayub berkata lebih baik dia tidak pernah dilahirkan ke dunia ini Ayub 310-11. Dalam kepedihan hati dan kesakitan fisik, Ayub meneriakkan begitu banyak pertanyaan, bahkan menggugat Allah karena dia tidak paham alasan Tuhan menimpakan banyak musibah kepadanya. Dengan jujur Ayub mengungkapkan emosinya dan Allah membiarkannya. Namun dalam ayat-ayat yang begitu panjang dengan keluh kesah terlihat bagaimana Ayub tidak lari dari imannya pada Tuhan. Iman yang tak meredup membuat dia mengejar Tuhan untuk menemukan jawaban. Di akhir kisah Ayub, kita tahu bahwa Allah tidak menjawab pertanyaan Ayub, tetapi memberi respons yang sesungguhnya dibutuhkan Ayub. Dia membuka pengertian Ayub dan memberi diri-Nya dikenal hingga Ayub pun berkata, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Ayub bertumbuh melalui penderitaan karena iman. Bukan ketika kondisinya dipulihkan Tuhan, melainkan ketika dia bisa memandang Tuhan dengan pemahaman yang sejati. Iman menjadi mitigasi yang menghibur dan menguatkan dalam dukacita dan memberi jeda yang melegakan saat kita mengalami naik turun badai emosi. Sungguh sebuah eureka rohani ketika akhirnya kita bisa klik dengan apa yang Tuhan ingin ajarkan melalui berbagai misteri kehidupan. Dalam pelayanannya, Paulus beberapa kali menunjukkan pentingnya penghiburan di antara sesama orang percaya. Hal itu dilakukan dengan beberapa Paulus memberi dasar pengertian yang benar mengenai natur dukacita, yaitu bahwa dukacita orang Kristen adalah sementara dan ada harapan akan sukacita mendatang. 2. Paulus mendorong agar sesama orang percaya menghibur dengan kata-kata yang memberi pengharapan dalam pengetahuan tentang kebenaran. 3. Paulus menekankan pentingnya interaksi langsung antarsesama orang percaya dalam memberi penghiburan. Ketika sedang berbeban berat, Paulus sendiri merasakan bagaimana kunjungan Titus dan Timotius sangat menguatkan dirinya. Dia pun sebisa mungkin berupaya mengunjungi jemaatnya untuk menghibur dan menunjukkan kasihnya yang besar kepada mereka. Sekiranya tauratMu tidak menjadi kegemaranku maka aku telah binasa dalam sengsaraku Mazmur 11992

khotbah dukacita kematian seorang ayah